Kakekku Sayang

Kakek, baru saja aku mendengar kisahmu dari ibuku, meskipun singkat, tapi aku yakin, seandainya disusun menjadi buku, tak cukup hanya satu jilid, atau jika memang harus "dipaksa" untuk menjdai satu jilid, kisahmu pasti begitu mahal untuk diceritakan. Sayangnya cerita itu terlalu mulia untuk dikomersilkan, begitu mulia untuk diperdengarkan.. dan sedih rasanya, ketika aku baru mendengarkannya sekarang, saat aku sudah melewati hampir separuh umurku dalam kesia-siaan, sehingga yang ada hanyalah penyesalan.


Kakek, aku malu...
Sudah berapa banyak waktumu kau korbankan untuk perjuangan ini, 
sedangkan aku masih suka mengorbankannya untuk hal yang sia-sia...

Kakek, aku malu... 
Sudah berapa triliun harta yang kau wakafkan untuk perjuangan ini, 
sedang untuk menghidupi diriku sendiri saja aku tak mampu…
 
Kakek, aku malu... 
Sudah berapa triliun kalori kau bakar demi menyalakan cahaya agama di bumi pertiwi ini,
sedang diriku masih suka mampir sejenak di kegelapan yang hina… 

Kakek, yang kurasa hanya malu... 
Membayangkan berapa banyak bekas luka yang kau miliki sepanjang perjuanganmu, 
disaat aku sangat mudah mengumpat hanya karena tertusuk serpihan kayu… 

Kakek, seandainya kau tahu kondisi cucu-cucumu saat ini, 
akankah kau juga malu, 
melihat ibadah kita tak sebaik dirimu, 
bahkan khusyuk dalam shalatpun tak mampu….

Kakek, meskipun kita tidak pernah bertemu… 
entah kenapa aku rindu… 
aku ingin bertemu.. 
aku ingin mendengarkan nasehatmu... 
aku ingin mendapatkan teguranmu... 
aku ingin mendapatkan bimbinganmu...

Kakek, kamu pasti orang baik, 
kamu pasti orang yang berjasa, 
kamu pasti orang pilihan Allah.. 
Kakek... 
semoga Allah memuliakanmu, melapangkan kuburmu, menerangi tempatmu, dan selalu menaungimu hingga masa penantian berakhir.. Aaamiin


Salam Hormat, cucu aki Ahmad Bukhori, cucu Mbah Yusuf, cicitnya cicit Mbah Sulaiman.
Semoga cucumu ini bisa mengikuti jejak-jejak perjuangan kalian, dan melahirkan pejuang yang lebih cerdas dan gagah dari kalian, Aaamiin.

Komentar

Postingan Populer